
Screemo – Galaxy S25 menjadi sorotan dunia setelah ditemukan memiliki celah keamanan yang mengejutkan. Ponsel flagship terbaru dari Samsung ini awalnya dipuji karena teknologi canggihnya yang diklaim memiliki perlindungan tinggi terhadap serangan siber. Namun, seorang peretas terampil berhasil menembus sistem pertahanan ponsel tersebut hanya dalam waktu singkat. Aksi ini bukan kejahatan nyata, melainkan bagian dari ajang kompetisi peretasan global Pwn2Own 2025 di Irlandia. Dalam ajang ini, para pakar keamanan mencoba menguji seberapa kuat sistem proteksi pada berbagai perangkat elektronik. Hasilnya, Galaxy S25 menjadi salah satu perangkat yang paling disorot karena ditemukan lima kerentanan zero-day yang bisa dimanfaatkan untuk mendapatkan akses penuh ke data pengguna. Fakta ini langsung mengguncang reputasi keamanan Samsung di mata publik.
Para ahli keamanan menemukan bahwa Galaxy S25 menyimpan lima celah zero-day yang memungkinkan penyerang menjalankan kode berbahaya dari jarak jauh. Celah ini membuka peluang bagi hacker untuk mengakses data pribadi, seperti foto, pesan, dan bahkan kata sandi pengguna. Meskipun penemuan ini terjadi dalam lingkungan kompetisi yang terkontrol, implikasinya sangat serius bagi pengguna di seluruh dunia. Para pakar menyebut bahwa kerentanan tersebut bisa menjadi target empuk bagi pelaku kejahatan siber bila tidak segera ditangani. Samsung sendiri mengakui pentingnya temuan ini dan berjanji untuk segera memperbaikinya. Kolaborasi dengan Google pun dilakukan demi memperkuat sistem pertahanan One UI agar serangan serupa tidak terjadi di masa depan. Namun, hingga pembaruan keamanan dirilis, pengguna disarankan tetap waspada terhadap potensi ancaman.
Setelah informasi mengenai celah keamanan Galaxy S25 mencuat, Samsung langsung mengaktifkan tim darurat keamanan sibernya. Perusahaan memastikan bahwa seluruh kerentanan yang ditemukan sedang diperbaiki dengan prioritas tertinggi. Meski begitu, pengguna belum akan menerima pembaruan keamanan hingga akhir November atau awal Desember. Hal ini disebabkan oleh proses pengujian patch yang memerlukan waktu agar tidak menimbulkan bug baru. Samsung menegaskan bahwa belum ada bukti bahwa celah tersebut telah disalahgunakan oleh peretas di dunia nyata. Perusahaan berterima kasih kepada para peneliti keamanan yang menemukan kelemahan ini dalam konteks kompetisi resmi. Mereka juga mendorong pengguna untuk selalu memperbarui sistem dan mengaktifkan semua fitur keamanan yang tersedia di perangkat Galaxy S25, termasuk autentikasi dua faktor dan perlindungan biometrik.
Kasus kerentanan Galaxy S25 menjadi pembelajaran penting bagi industri teknologi global. Banyak pengamat menilai bahwa transparansi yang ditunjukkan Samsung dengan segera mengakui kelemahan ini merupakan langkah yang patut diapresiasi. Di sisi lain, hal ini juga memperlihatkan bahwa tidak ada sistem yang benar-benar kebal terhadap ancaman digital. Para pakar keamanan menekankan bahwa inovasi harus selalu diiringi dengan pengujian menyeluruh sebelum produk dirilis ke pasar. Kompetisi seperti Pwn2Own dianggap menjadi wadah yang efektif untuk mendeteksi potensi ancaman sejak dini. Selain itu, masyarakat juga diingatkan agar tidak terlalu percaya diri terhadap label keamanan yang diberikan oleh produsen, karena ancaman siber terus berkembang setiap saat. Galaxy S25 kini menjadi contoh nyata bahwa bahkan ponsel tercanggih pun bisa memiliki titik lemah yang tak terduga.
Bagi pengguna yang sudah memiliki Galaxy S25, langkah terbaik adalah meningkatkan kewaspadaan hingga pembaruan keamanan resmi dirilis. Disarankan untuk selalu mengunduh aplikasi hanya dari sumber terpercaya seperti Google Play Store. Selain itu, pengguna sebaiknya menghindari mengakses jaringan WiFi publik tanpa perlindungan VPN, karena koneksi semacam itu mudah dieksploitasi oleh peretas. Mengaktifkan fitur keamanan tambahan seperti Samsung Knox dan pemindaian malware otomatis juga dapat membantu mencegah potensi serangan. Para ahli menyarankan penggunaan autentikasi dua faktor untuk melindungi akun penting seperti email dan media sosial. Dengan langkah-langkah sederhana ini, risiko pencurian data dapat diminimalkan. Walaupun situasi ini mengejutkan banyak pihak, insiden tersebut juga menunjukkan pentingnya kolaborasi antara pengguna, pengembang, dan peneliti keamanan demi menciptakan ekosistem digital yang lebih aman.
Artikel ini bersumber dari samsungmagazine dan untuk lebih lengkapnya kalian bisa baca di screemo
Penulis : Sarah Azhari
Editor : Anisa