Screemo – Huawei Duduki Puncak Pasar Smartphone China untuk pertama kalinya setelah absen sekitar empat tahun. Pada kuartal kedua tahun 2025, Huawei berhasil mengungguli pesaing besar seperti Vivo Oppo Xiaomi dan Apple. Data ini diperoleh dari laporan firma riset pasar International Data Corporation atau IDC yang mencatat bahwa Huawei menguasai 18 persen pangsa pasar smartphone China selama periode April hingga Juni. Sekitar 12 koma 5 juta unit smartphone dikirimkan ke pasar oleh Huawei selama periode tersebut. Meskipun angka ini sedikit menurun dibandingkan dengan kuartal yang sama di tahun sebelumnya namun posisi Huawei tetap unggul. Produk flagship seperti Pura 80 Pura 80 Pro dan Pura 80 Ultra menjadi andalan dalam pencapaian ini. Keberhasilan tersebut sekaligus menandai kembalinya dominasi Huawei setelah masa sulit yang dialami akibat tekanan perdagangan dan sanksi dari luar negeri beberapa tahun lalu yang sempat melumpuhkan pertumbuhan global mereka.
Kembalinya Huawei Duduki Puncak Pasar Smartphone China bukanlah suatu kebetulan melainkan hasil strategi matang dan konsistensi pengembangan produk. Keunggulan Huawei terletak pada kekuatan merek dan kemampuannya mengelola pengiriman perangkat di tengah tantangan logistik. Model-model andal seperti Pura 80 Ultra diluncurkan secara berurutan untuk mempertahankan daya saing di segmen flagship. Tidak hanya dari sisi spesifikasi fotografi dan desain premium tetapi juga dari efisiensi distribusi yang dilakukan langsung oleh jaringan mitra Huawei di China. Produk-produk mereka dirancang agar sesuai dengan preferensi pasar lokal yang cenderung mengedepankan performa kamera dan kestabilan sistem. Langkah ini menjadi penentu utama dalam penguasaan pasar. Dalam kondisi ekonomi yang tidak stabil konsumen cenderung memilih produk dengan nilai jangka panjang dan Huawei menjawab kebutuhan tersebut dengan portofolio yang terus disempurnakan untuk memikat loyalitas pasar domestik.
“Baca juga: Gadget Hunter Siap-Siap! Google Pixel 10 & Produk Rahasia Bakal Meledak 20 Agustus!”
Meski Huawei berhasil menduduki posisi teratas namun persaingan tetap ketat terutama dengan Vivo Oppo dan Xiaomi. Vivo yang sebelumnya menjadi pemimpin harus puas di posisi kedua dengan 11 koma 9 juta unit yang dikirim dan pangsa pasar sebesar 17 koma 3 persen. Penurunan pengiriman dari tahun sebelumnya mencapai 10 persen. Sementara Oppo juga mengalami penurunan sekitar 5 persen dengan pengiriman 10 koma 7 juta unit. Xiaomi menjadi satu-satunya vendor besar yang mengalami pertumbuhan positif yakni sebesar 3 koma 4 persen. Pengiriman mereka mencapai 10 koma 4 juta unit dan mengamankan pangsa pasar 15 koma 1 persen. Apple justru berada di posisi paling buncit dengan 9 koma 6 juta unit serta pangsa pasar 13 koma 9 persen. Kinerja Apple dipengaruhi oleh penurunan minat terhadap produk premium di tengah ketidakpastian ekonomi. Persaingan di pasar smartphone China semakin menggambarkan bahwa strategi lokal sangat krusial untuk mempertahankan posisi di tengah kondisi pasar yang melemah.
Pasar smartphone China saat ini mengalami perlambatan dengan penurunan sebesar 4 persen secara tahunan. Total pengiriman smartphone di kuartal kedua 2025 tercatat hanya mencapai sekitar 69 juta unit. Faktor utama dari melemahnya pasar adalah karena tidak lagi efektifnya program subsidi dari pemerintah serta ketidakpastian ekonomi yang terus berlangsung. Meskipun begitu Huawei berhasil menembus stagnasi ini melalui peluncuran produk yang tepat waktu dan komunikasi merek yang kuat. Banyak analis meyakini bahwa kebangkitan Huawei tidak hanya berasal dari sisi teknis perangkat tetapi juga dari strategi pemasaran dan pendekatan lokal yang tepat sasaran. Kondisi ini membuktikan bahwa meskipun pasar mengalami tekanan ekonomi berat vendor dengan strategi jangka panjang tetap mampu bertahan bahkan mendominasi. Kalimat tersebut menjadi landasan utama mengapa Huawei dapat tetap kuat di tengah tren penurunan yang melanda sebagian besar industri smartphone domestik sepanjang tahun ini.
Menurut para analis dari IDC situasi pasar smartphone China tidak akan pulih sepenuhnya dalam waktu dekat. Gencatan perang dagang antara Amerika Serikat dan China memang telah meredakan tekanan secara geopolitik namun kondisi ekonomi makro belum mendukung peningkatan permintaan. Kepercayaan konsumen masih lemah dan ini membuat pertumbuhan signifikan sulit untuk dicapai dalam waktu singkat. Dalam lanskap yang terus berubah Huawei harus terus beradaptasi dengan pendekatan baru baik dalam teknologi produk maupun model bisnis. Vendor lain juga diprediksi akan memperkuat strategi mereka agar tidak tertinggal terlalu jauh dari Huawei. Kinerja Huawei di kuartal berikutnya akan menjadi sorotan apakah mereka mampu mempertahankan posisi puncak atau justru tergeser kembali oleh pesaing lama. Tantangan yang ada menuntut para pelaku industri untuk lebih fleksibel terhadap kondisi pasar dan lebih inovatif dalam menyajikan solusi teknologi yang sesuai dengan kebutuhan konsumen lokal di China.