Screemo – Robot Polisi Rp 3 Miliar langsung mencuri perhatian publik saat tampil dalam peringatan HUT ke-79 Bhayangkara yang digelar di kawasan Monas Jakarta. Dengan penampilan menyerupai manusia lengkap dengan atribut kepolisian seperti baret dan rompi, robot-robot tersebut membuat pengunjung terpukau. Acara ini menampilkan total 25 unit robot sebagai bagian dari inovasi teknologi Polri di era digital. Dari berlari hingga memberikan hormat, berbagai gerakan yang dilakukan oleh robot ini memperlihatkan kemajuan signifikan dalam integrasi robotika ke dalam fungsi kepolisian. Penampilan mereka dianggap sebagai simbol kesiapan Polri menghadapi tantangan keamanan modern. Dengan konsep futuristik yang diusung, tidak heran jika kemunculan robot tersebut menimbulkan rasa penasaran dan menjadi bahan perbincangan luas di media sosial. Banyak yang bertanya-tanya mengenai biaya, kegunaan, dan masa depan proyek ini dalam mendukung pelayanan publik.
Meskipun menimbulkan berbagai spekulasi publik soal pembiayaan, Robot Polisi Rp 3 Miliar ternyata masih berada dalam tahap uji coba. Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menjelaskan bahwa proyek ini belum menggunakan anggaran negara. Ia menegaskan bahwa seluruh unit robot yang ditampilkan merupakan hasil kolaborasi dengan mitra teknologi dan belum dibiayai oleh APBN. Langkah ini dinilai sebagai bentuk kehati-hatian dalam pengujian teknologi baru sebelum diterapkan secara luas. Tujuan utama dari uji coba ini adalah untuk mengukur efektivitas robot dalam berbagai situasi operasional dan memastikan bahwa fungsinya benar-benar dapat mendukung tugas-tugas kepolisian. Dalam konteks ini, Polri sedang membangun fondasi bagi integrasi teknologi tinggi dalam sistem kerja mereka. Keseriusan Polri terlihat dari pengawasan langsung dalam setiap tahap uji coba demi memastikan kualitas serta kesesuaian dengan kebutuhan keamanan nasional.
“Baca juga: Google Veo 3: Ubah Foto Jadi Video, Kini Hadir dengan Fitur Suara”
Dalam perayaan HUT Bhayangkara ke-79, sebanyak 25 unit robot diperkenalkan kepada publik. Robot-robot tersebut terdiri dari Robot Tank, Robot Ropi, Robot Drone Agriculture, Robot Dog, hingga Robot Humanoid. Atraksi kolaborasi antara polisi manusia dan robot menjadi salah satu pemandangan menarik yang ditampilkan dalam acara tersebut. Tiap jenis robot memiliki spesifikasi dan peran yang berbeda. Misalnya, robot berbentuk anjing atau robodog digunakan untuk keperluan lapangan seperti eksplorasi wilayah ekstrem. Sementara robot humanoid dikembangkan untuk meniru gerakan manusia dan membantu dalam interaksi publik. Penempatan robot dalam peringatan ini sekaligus menegaskan bahwa Polri serius menyiapkan transformasi digital dalam institusinya. Keberadaan banyak jenis robot menjadi bukti bahwa pendekatan multi-fungsi sedang dikembangkan, dan upaya penyempurnaan masih terus dilakukan bersama mitra teknologi dalam negeri.
Salah satu jenis robot yang paling mencuri perhatian adalah robodog yang menyerupai anjing dan digunakan untuk keperluan operasional tertentu. Menurut PT EZRA ROBOTICS Teknologi yang mengembangkan robot ini, harga satu unit robodog versi basic hampir mencapai Rp 3 miliar. Angka ini tentu mengejutkan banyak pihak, apalagi jika fitur tambahan seperti kecerdasan buatan dan kemampuan pengenalan objek disematkan, maka biaya produksi bisa meningkat signifikan. Meskipun terlihat mahal, biaya tersebut dianggap sebanding dengan kapabilitas robot yang dapat menjangkau area berbahaya tanpa membahayakan petugas. Dalam konteks pengamanan objek vital atau penjinakan bahan berbahaya, robodog menawarkan efisiensi dan keamanan yang lebih tinggi. Hal ini menjadi sorotan publik dan pemangku kebijakan yang kini mulai mempertimbangkan pemanfaatan teknologi serupa dalam operasional skala besar.
Robot yang dipamerkan dirancang untuk mendukung tujuh fungsi utama dalam sistem kerja kepolisian. Pertama adalah pengawasan area rawan dan kosong. Kedua adalah penanganan situasi berbahaya seperti penyanderaan dan penjinakan bahan peledak. Ketiga adalah pencarian korban dalam kondisi bencana atau kebakaran. Keempat, robot digunakan dalam pengumpulan bukti forensik di TKP. Kelima adalah pengawasan lalu lintas dan pengenalan kendaraan secara otomatis. Keenam, pemanfaatan teknologi pengenalan wajah saat patroli. Ketujuh, deteksi zat berbahaya seperti narkotika dan bahan kimia. Ketujuh fungsi ini membentuk kerangka besar integrasi teknologi ke dalam sistem operasional Polri. Diharapkan robot-robot tersebut dapat mempercepat penanganan kejadian di lapangan tanpa mengorbankan keselamatan personel manusia. Fokus utamanya tetap pada peningkatan efektivitas pelayanan publik dalam menghadapi kompleksitas situasi keamanan.
“Simak juga: Panduan Lengkap Belajar Berbasis Proyek: Praktis dan Menyenangkan”
Pengembangan robot ini tidak dilakukan secara sepihak, melainkan melalui kolaborasi erat antara Polri dan dua perusahaan teknologi lokal yaitu PT EZRA ROBOTICS Teknologi dan PT Sari Teknologi. Keduanya memainkan peran penting dalam merancang fitur robot agar sesuai dengan kebutuhan institusi keamanan. Salah satu pencapaian dari kerja sama ini adalah terciptanya robot humanoid dan robot K9 yang dibekali kecerdasan buatan. Desain dan fungsi robot tidak sekadar meniru yang sudah ada, melainkan dirancang sesuai tantangan operasional di Indonesia. Proyek ini juga dimanfaatkan untuk memberdayakan talenta muda di bidang teknologi dan kecerdasan buatan. Keterlibatan pelaku industri dalam negeri menunjukkan bahwa transformasi teknologi di sektor kepolisian bisa berjalan beriringan dengan pertumbuhan sektor industri nasional. Model kerja sama ini dianggap sebagai langkah strategis dalam membangun ekosistem teknologi yang berkelanjutan.
Meski telah diperkenalkan ke publik, proyek Robot Polisi Rp 3 Miliar ini masih berada dalam tahap penyempurnaan. Fitur kecerdasan buatan seperti pemindaian wajah dan kemampuan navigasi di medan sulit masih dikembangkan lebih lanjut. Pihak pengembang mengakui bahwa dibutuhkan ribuan jam pengujian dan penyempurnaan algoritma sebelum robot dapat digunakan secara penuh dalam operasi kepolisian. Robot K9 misalnya, sudah mampu bertahan selama delapan jam di medan ekstrem, namun masih memerlukan pembaruan pada sistem pengambilan keputusan. Dari pihak Polri, evaluasi menyeluruh terus dilakukan terhadap performa robot di berbagai simulasi tugas lapangan. Penyempurnaan ini dianggap sebagai investasi jangka panjang dalam rangka menghadirkan alat bantu modern yang mumpuni. Kendati belum sempurna, inisiatif Robot Polisi Rp 3 Miliar mencerminkan kesiapan Polri untuk belajar dari pengalaman negara lain dalam penggunaan robot untuk sistem keamanan nasional.
Rencana penerapan teknologi robotik ini tidak dilakukan secara tergesa-gesa. Menurut Irjen Sandi Nugroho, implementasi penuh akan dilakukan secara bertahap mulai tahun 2026 hingga 2030. Tujuannya adalah memastikan kesiapan infrastruktur, pelatihan personel, serta pengujian perangkat agar berjalan optimal. Tahun 2025 menjadi tahap pengenalan dan edukasi publik, sedangkan tahun-tahun berikutnya difokuskan pada integrasi ke berbagai lini kerja. Skema bertahap ini dinilai penting untuk menghindari hambatan teknis serta memastikan bahwa setiap jenis robot dapat digunakan sesuai peran spesifiknya. Program ini juga disusun untuk mendukung agenda transformasi digital Polri yang lebih adaptif terhadap perkembangan teknologi. Jika berjalan sesuai rencana, maka pada tahun 2030, kehadiran robot dalam tugas kepolisian bukan lagi sekadar inovasi, melainkan sudah menjadi bagian dari prosedur standar dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat.