A mockup of the new Nokia logo, is seen at an unknown location, in this undated handout picture received on February 25, 2023. NOKIA/Handout via REUTERS
Screemo – Strategi Baru Nokia saat ini menjadi bahan perbincangan hangat di kalangan pelaku industri teknologi dan para pengamat pasar global. Perusahaan asal Finlandia ini kembali menjadi sorotan setelah mengunggah sebuah panggilan kemitraan terbuka kepada para produsen ponsel pintar melalui platform daring. Meskipun unggahan tersebut kemudian dihapus, langkah ini dianggap sebagai sinyal kuat bahwa Nokia sedang mempersiapkan gebrakan baru. Perjanjian lisensi antara Nokia dan HMD Global akan segera berakhir pada tahun 2026, membuka kemungkinan besar bagi Nokia untuk menggandeng mitra baru yang lebih segar dan potensial. Ketertarikan terhadap rencana ini juga meningkat setelah melihat bahwa HMD mulai menghapus produk-produk bermerek Nokia dari situs resminya. Ini menjadi momentum penting bagi Nokia untuk membangun kembali kejayaannya di sektor perangkat pintar yang sempat ditinggalkannya selama beberapa tahun terakhir.
Seiring mendekatnya akhir masa kerja sama dengan HMD, Strategi Baru Nokia tampaknya mengarah pada upaya membangun kembali posisi mereka di pasar ponsel global. Upaya ini terlihat dari langkah perusahaan yang membuka peluang kemitraan secara terbuka kepada produsen besar melalui situs resmi. Meski belum dikonfirmasi secara resmi oleh pihak manajemen, informasi tersebut telah ramai diperbincangkan di komunitas teknologi termasuk di forum Reddit. Sementara beberapa kalangan menilai langkah ini belum final, banyak yang meyakini bahwa Nokia tengah menyusun peta jalan baru yang lebih progresif. Rencana lisensi ulang merek ke pihak ketiga ini juga mengindikasikan fleksibilitas Nokia dalam mengeksplorasi kolaborasi strategis. Foxconn dan Wingtech disebut sebagai dua kandidat potensial yang bisa mengisi posisi mitra produksi Nokia berikutnya. Strategi ini menunjukkan keinginan Nokia untuk tidak hanya bertahan tetapi juga bersaing kembali secara serius di pasar global.
“Baca juga: Mulai Rp1,3 Jutaan! Vivo Rilis HP Canggih di Juli 2025, Spesifikasinya Bikin Kaget!”
Nokia merupakan merek legendaris yang mendominasi pasar ponsel dunia selama dekade 1990-an hingga awal 2000-an. Namun seiring kemunculan sistem operasi Android dan iOS, popularitas Nokia perlahan meredup. Meskipun berbagai produk telah diluncurkan, seperti Nokia 3310 versi baru dan HMD XR21, pencapaian tersebut belum cukup untuk mengembalikan posisi dominan di pasar. Strategi merilis kembali produk klasik terbukti tidak bertahan lama. Inisiatif berfokus pada keberlanjutan desain dan ketahanan perangkat juga belum menciptakan dampak besar di tengah ketatnya persaingan pasar. Perubahan pendekatan pun akhirnya ditempuh, termasuk menghapus produk Nokia dari situs HMD dan menggantikannya dengan produk bermerek HMD sendiri. Melihat tren ini, langkah Nokia untuk mencari mitra baru bukan hanya logis tetapi juga mendesak. Mereka harus mampu bersaing dengan pemain besar lainnya yang sudah menguasai pangsa pasar dan memiliki ekosistem teknologi yang kuat dan terintegrasi.
“Simak juga: Bahaya Mengintai! Emisi Industri Makin Gila, Transisi Energi Cuma Jadi Wacana?”
Kemungkinan lisensi ulang merek Nokia kepada produsen baru membuka banyak pintu peluang bisnis. Produsen seperti Foxconn dan Wingtech, yang sebelumnya terlibat dalam produksi perangkat Nokia, disebut sebagai kandidat utama dalam daftar mitra potensial. Namun, peluang ini sebenarnya juga bisa dimanfaatkan oleh perusahaan teknologi lain yang ingin memperluas portofolio mereka dengan mengandalkan kekuatan nama besar Nokia. Tidak hanya terbatas pada ponsel pintar, Nokia juga telah melisensikan mereknya ke berbagai jenis produk seperti televisi, headphone, hingga laptop. Beberapa lisensi tersebut sudah tidak diperpanjang, memberikan sinyal bahwa Nokia mungkin ingin mengonsolidasikan kembali strategi mereknya secara menyeluruh. Keputusan ini bisa menjadi bagian dari langkah jangka panjang yang lebih besar untuk menghidupkan kembali identitas perusahaan sebagai pemimpin teknologi. Hal ini tentu saja akan memerlukan mitra strategis yang tidak hanya kuat secara finansial, tetapi juga memiliki visi yang sejalan dengan transformasi Nokia.
Nokia adalah perusahaan yang telah menapaki perjalanan panjang sejak berdiri pada tahun 1865. Awalnya berkecimpung di industri kertas dan karet, Nokia bertransformasi menjadi raksasa teknologi pada era 1990-an melalui pengembangan jaringan seluler dan telepon genggam. Puncak kejayaan diraih saat Nokia menjadi produsen ponsel terbesar di dunia pada awal 2000-an. Namun kemunculan sistem operasi baru dan perubahan tren teknologi menyebabkan posisi mereka tergeser. Sekarang, di tengah dinamika industri yang semakin kompetitif, Nokia mencoba kembali mengukir sejarah melalui strategi kemitraan baru. Fokus terhadap produk berkelanjutan dan upaya membangun kembali merek menunjukkan bahwa perusahaan ini belum menyerah dalam permainan besar industri ponsel. Dengan mencari mitra yang tepat, Nokia memiliki peluang untuk menghidupkan kembali dominasi lamanya dan beradaptasi dengan tuntutan teknologi modern yang lebih kompleks dan terintegrasi. Masa depan perusahaan ini kini sangat bergantung pada keputusan besar yang akan mereka ambil dalam waktu dekat.